Pemerintah Kota Jakarta Barat kembali menggelar Job Fair untuk membuka akses lapangan kerja bagi masyarakat. Namun, acara yang seharusnya inklusif ini justru menuai kritik dari sejumlah komunitas penyandang disabilitas. Mereka menilai penyelenggara mengabaikan kebutuhan kelompok difabel, terutama karena tidak menyediakan lowongan kerja khusus bagi mereka.

Beberapa pengunjung penyandang disabilitas mengaku kesulitan berpartisipasi dalam acara tersebut. Tidak hanya aksesibilitas lokasi yang terbatas, tetapi juga karena tidak ada perusahaan yang menyediakan posisi kerja yang ramah disabilitas. Akibatnya, banyak peserta difabel yang datang harus pulang dengan kecewa.

“Saya datang dengan harapan bisa mendapat pekerjaan, tapi semua lowongan hanya untuk pelamar tanpa keterbatasan,” ujar Siti, salah satu pencari kerja tunarungu. Ia merasa pihak penyelenggara seharusnya melibatkan lebih banyak perusahaan yang bersedia merekrut tenaga kerja disabilitas.

Aktivis disabilitas dari komunitas Difabel Bergerak Indonesia, Arif Nugroho, juga menyoroti minimnya inklusivitas dalam job fair ini. Ia mengatakan bahwa pemerintah daerah seharusnya memastikan setiap kegiatan rekrutmen terbuka untuk semua kalangan, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Sementara itu, pihak penyelenggara dari Sudin Nakertrans Jakarta Barat mengaku akan mengevaluasi pelaksanaan job fair ke depan. Mereka medusa88  berjanji akan meningkatkan inklusivitas dan memperluas partisipasi perusahaan yang menerima pelamar disabilitas.

Jika ingin membangun dunia kerja yang setara, pemerintah dan sektor swasta harus berkomitmen menyediakan ruang yang adil. Tanpa itu, kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas akan terus menjadi wacana tanpa realisasi.

By admin